Jakarta – Di tengah meningkatnya ketidakpastian ekonomi global, perekonomian Indonesia berhasil mencatatkan pertumbuhan sebesar 4,87% secara tahunan (yoy) pada kuartal pertama tahun 2025. Pencapaian ini ditopang oleh kebijakan fiskal yang responsif serta peran strategis APBN dalam menjaga daya beli dan melindungi masyarakat.
Konsumsi rumah tangga tetap menjadi penggerak utama pertumbuhan, dengan pertumbuhan sebesar 4,89%. Kinerja ini didorong oleh meningkatnya mobilitas masyarakat, momentum libur keagamaan, dan berbagai stimulus pemerintah, termasuk pemberian THR, potongan tarif listrik dan tol, insentif PPN ditanggung pemerintah (DTP) untuk sektor properti, serta PPh 21 DTP untuk industri padat karya. Di sisi lain, stabilitas harga pangan tetap terjaga berkat intervensi Bulog dan penyaluran pupuk bersubsidi.
Dari sisi sektoral, pertanian mencatatkan pertumbuhan tertinggi, mencapai 10,52%, yang sebagian besar disumbang oleh panen raya padi—menempatkan Indonesia sebagai produsen beras terbesar di ASEAN. Sektor industri pengolahan, perdagangan, transportasi, dan jasa digital juga menunjukkan tren pertumbuhan positif, mencerminkan ketangguhan ekonomi nasional.
Perbaikan juga terjadi di sektor ketenagakerjaan. Tingkat pengangguran terbuka turun dari 4,82% menjadi 4,76%, sementara penciptaan lapangan kerja baru mencapai 3,59 juta orang.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa pemerintah akan terus menjaga keseimbangan antara optimisme dan kewaspadaan.
“Perekonomian Indonesia tetap menunjukkan resiliensi. Pemerintah berkomitmen memastikan APBN bekerja secara optimal untuk melindungi masyarakat dan mendukung pertumbuhan jangka panjang,” ujar Sri Mulyani dalam keterangan tertulis pada Senin (6/5).
Sebagai bagian dari strategi menghadapi tekanan eksternal, pemerintah terus memperkuat fondasi ekonomi melalui reformasi regulasi, sinergi lintas kementerian dan lembaga, serta diplomasi ekonomi aktif di forum internasional seperti Spring Meeting, G20, dan ASEAN+3. Upaya membuka pasar ekspor baru dan mendorong sektor-sektor bernilai tambah seperti hilirisasi industri dan transformasi digital juga terus digencarkan.