Jakarta – J.P. Morgan memiliki pandangan positif terhadap APBN 2025 dari sudut pandang makro top-down disiplin fiskal tetap terjaga. Adanya sinkronisasi yang baik antara pemerintahan Presiden Jokowi dengan pemerintah berikutnya.
Sektor yang sensitif terhadap suku bunga seperti bank, properti, dan otomotif akan mendapatkan keuntungan dari potensi pelonggaran moneter. Meskipun sebagian besar bank di Indonesia tidak akan mengalami ekspansi Net Interest Margin (NIM) selama siklus penurunan suku bunga.
“Dengan disiplin fiskal yang dipertahankan, serta keselarasan antara tim ekonomi yang akan mengakhiri dan memulai masa jabatan mereka, kita akan melihat arus masuk yang positif ke pasar obligasi dan saham, yang akan menguntungkan sektor perbankan, pendidikan, dan kesehatan, ungkap Chief Executive Officer (CEO) J.P. Morgan Indonesia, Gioshia Ralie di Jakarta, Kamis (05/06).

Beberapa sorotan utama dari J.P. Morgan telah beroperasi di Indonesia selama 56 tahun. Defisit fiskal diproyeksikan sebesar 2,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2025, turun dari 2,7% yang diproyeksikan pada tahun 2024 (hal ini positif karena menunjukkan bahwa pemerintah telah berkomitmen untuk menjaga disiplin fiskal.
Program ‘makan siang gratis’ yang baru dari Prabowo dianggarkan sebesar Rp71 triliun (US$4,4 miliar), sekitar 0,3% dari PDB. Angka ini lebih rendah dari ekspektasi awal pasar yang mencapai 2% dari PDB, yang membantu meredakan kekhawatiran pasar.
Belanja pemerintah untuk program bantuan sosial (Bansos) sebesar US$19 miliar (US$9 miliar) diperkirakan akan tetap atau sedikit menurun (-3% menjadi 0% YoY) pada tahun 2025, yang mengimplikasikan prospek konsumsi masyarakat secara keseluruhan akan melemah, meskipun beberapa segmen makanan dan produk olahannya dapat memperoleh manfaat dari program makan siang gratis.
Anggaran infrastruktur diperkirakan akan turun 5% YoY menjadi US$26 miliar, dengan pengurangan anggaran untuk ibu kota baru, yang mengimplikasikan ketergantungan yang lebih besar pada investasi sektor swasta dan Ppendidikan dan Kesehatan tetap menjadi prioritas utama dengan anggaran sebesar US$45 miliar/US$12 miliar pada tahun 2025, masing-masing naik 24%/5% YoY.
“Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025 yang baru-baru ini diumumkan menjadi pertanda baik bagi perekonomian Indonesia,” imbuh Gioshia Ralie
Dengan inflasi yang terkendali, RAPBN memproyeksikan sedikit akselerasi pertumbuhan PDB menjadi 5,2% pada tahun 2025, naik dari 5,1% yang diproyeksikan untuk tahun 2024.

Inflasi diperkirakan turun menjadi 2,5% pada tahun 2025F vs 2,7% yang diproyeksikan pada tahun 2024. Anggaran tersebut menguraikan kenaikan 18% YoY untuk subsidi energi dan kompensasi, yang akan membantu menjaga inflasi mengingat harga bahan bakar dan listrik seharusnya terkendali dengan baik.
Asumsi imbal hasil obligasi Rupiah dan 10 tahun cukup konservatif yaitu Rp16.100/US$ (sekarang Rp15.700/US$) dan 7,1% (sekarang 6,7%). Penerapan cukai minuman manis/minuman berpemanis yang baru dapat berdampak positif dalam jangka panjang dari sisi penerimaan pajak dan kesehatan.
J.P. Morgan juga optimis terhadap investasi sektor swasta di bidang kesehatan setelah RUU reformasi layanan kesehatan diimplementasikan tahun lalu.