Jakarta – Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, berencana menggelar program bertajuk “Manggarai Berselawat” sebagai pendekatan kultural dalam meredam konflik dan tawuran antarwarga yang kerap terjadi di kawasan Manggarai, Jakarta Selatan.
Melalui program ini, Pramono ingin mengajak kelompok-kelompok yang selama ini terlibat bentrok untuk duduk bersama, berdialog, dan mengurai akar persoalan yang memicu kekerasan.
“Saya akan menggagas program Manggarai Berselawat. Saya akan undang semua kelompok yang selama ini saling berseteru, seperti RW 4, RW 5, dan lainnya. Kita akan duduk bareng, mencari tahu apa akar masalahnya,” ujar Pramono saat ditemui di kawasan Menteng, Jakarta, Selasa (13/5).
Pramono menilai, pendekatan berbasis budaya dan keagamaan lebih efektif dalam menciptakan perdamaian ketimbang pendekatan represif. Ia menekankan bahwa pelibatan tokoh masyarakat dan majelis taklim menjadi elemen penting dalam program tersebut.
Ia juga telah meminta Wali Kota Jakarta Selatan untuk mulai mempersiapkan pelaksanaan kegiatan ini secara menyeluruh.
“Kita tidak bisa hanya menyalahkan mereka. Pendekatan budaya dan agama adalah cara yang lebih manusiawi dan menghargai mereka sebagai warga,” tambahnya diktuip dalam laman berita jakarta.
Menurut Pramono, faktor utama yang memicu konflik antarwarga adalah masalah sosial seperti pengangguran dan minimnya akses terhadap fasilitas umum yang dapat menyalurkan energi anak muda secara positif, seperti lapangan olahraga atau pusat kegiatan kreatif.
“Banyak anak muda di sana yang belum memiliki pekerjaan tetap. Saya ingin menyelesaikan masalah ini secara substansial, bukan hanya permukaan,” ungkapnya.
Sebagai pemimpin daerah, Pramono menegaskan komitmennya untuk ikut bertanggung jawab menciptakan lingkungan yang aman dan damai bagi warga Jakarta, termasuk di Manggarai.
“Saya bertanggung jawab sebagai Gubernur untuk memperbaiki situasi ini. Pendekatan yang tepat akan kita tempuh, termasuk mengatasi isu pengangguran yang menjadi sumber keresahan,” tutupnya.