30 C
Jakarta
Minggu, September 28, 2025
BerandaFOTOCERITAPotret Sunyi Relokasi Makam di Tengah Proyek Tol Yogyakarta-Bawen

Potret Sunyi Relokasi Makam di Tengah Proyek Tol Yogyakarta-Bawen

 

Yogyakarta – Di bawah langit biru, suara doa pelan terdengar lirih di sebuah pemakaman di Padukuhan Susukan III, Margokaton, Seyegan. Bukan pemakaman biasa. Hari itu, 192 makam harus direlokasi untuk memberi jalan bagi pembangunan Jalan Tol Yogyakarta–Bawen.

Bukan tanpa hati. Prosesi relokasi dilakukan dengan penuh hormat. Dimulai dengan Selamatan Bedah Bumi, warga dan tokoh masyarakat berkumpul, berdoa bersama, memohon restu dan keselamatan bagi para arwah yang akan dipindahkan. Bagi mereka, ini bukan sekadar tanah yang dibongkar. Ini adalah rumah keabadian leluhur.

Didik Harjunadi (60), tokoh masyarakat yang sejak awal mendampingi proses ini, berbicara dengan suara pelan namun mantap.

“Ini tahap dua. Pertama dulu ada 56 itu yang kena tiang (tol). Kalau yang saat ini dari pendataan kami ada 190an yang dipindahkan,” jelasnya.

Pemindahan tidak dilakukan jauh-jauh. Lokasi baru masih dalam kompleks yang sama—sebuah bentuk kompromi agar para arwah tetap ‘tinggal’ di kampungnya sendiri, meski harus bergeser beberapa langkah.

Empat hari penuh, sejak Minggu hingga Kamis (25–29 Mei 2025), proses relokasi dilakukan oleh tim Al Fatihah Istighfar dan Sholawat (Al Iswat), sebuah lembaga dari Semarang yang telah mengurus ribuan makam terdampak proyek tol di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Dipimpin oleh Joko Yudho, tim ini bekerja dalam diam namun penuh kelembutan. Setiap jenazah diangkat dengan doa, dibungkus kain kafan baru, dan dipindahkan ke liang yang telah disiapkan. Tidak ada suara bising alat berat, hanya lantunan istighfar dan sholawat yang mengiringi langkah demi langkah.

“Kami memperlakukan setiap jenazah seperti keluarga sendiri. Ini bukan pekerjaan teknis saja. Ini tentang rasa, tentang hormat,” ujar salah satu anggota Al Iswat.

Di pemakaman, terlihat seorang perempuan berdoa. Ia tidak berkata banyak. Hanya matanya yang berkaca-kaca mengikuti jalannya prosesi pemindahan.

Di tengah pembangunan dan kemajuan, cerita seperti ini kerap luput dari sorotan. Namun di Susukan III, warga membuktikan bahwa kemajuan tak harus meninggalkan kenangan. Bahwa menghormati masa lalu adalah cara terbaik menyambut masa depan.

Dan bagi para arwah yang telah berpindah rumah, mereka mungkin telah berpindah tanah tapi tak pernah benar-benar berpisah dari kampungnya.

Baca Juga

Famtrip Raja Ampat 2025: Kemenpar Gaet Agen Selam Eropa dan Amerika

Jakarta - Kementerian Pariwisata (Kemenpar) bersama industri bahari menggelar...

LPS: Dana Rp200 Triliun di Bank BUMN Perkuat Likuiditas Perbankan

Jakarta - Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menilai langkah pemerintah...

Tak Hanya Kuliner, Sentra Fauna Jakarta Hadirkan Amphitheater untuk Seni dan Budaya

Jakarta - Pembangunan Sentra Fauna dan Kuliner Jakarta di...

LG Perkuat Bisnis B2B di Indonesia dengan Tiga Strategi Besar, Apa Saja?

Jakarta - PT LG Electronics Indonesia (LG) terus memperluas...

Gempa Hancurkan Sekolah, Anak-anak Poso Tetap Belajar di Tenda Darurat

Poso - Pasca gempa bumi yang melanda Kabupaten Poso,...

Ikuti kami

- Notifikasi berita terupdate

Terkini

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini