Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Thomas Djiwandono menegaskan pentingnya peran kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) dalam membentuk masa depan pekerjaan global. Hal ini ia sampaikan dalam forum Executive Dialogue bertajuk “The Role of Artificial Intelligence (AI) in Shaping Future Jobs: Are We Ready?” yang digelar di sela-sela Pertemuan Tahunan ke-56 Bank Dunia dan IMF di Washington D.C., pada Rabu (15/10).
“Pertanyaan yang perlu kita ajukan bukanlah apakah kita siap menghadapi AI, tetapi bagaimana kita bisa membuat AI bekerja untuk kepentingan rakyat dan tujuan pembangunan bersama,” ujar Thomas dikutip dalam keterangan tertulis.
Ia menekankan bahwa pendekatan terhadap AI harus bersifat proaktif dan berorientasi pada manusia, bukan sekadar mengikuti arus perkembangan teknologi. Menurutnya, kecerdasan buatan memiliki potensi besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi global, bahkan mampu meningkatkan PDB dunia hingga 7% dalam sepuluh tahun ke depan.

Namun, Thomas mengingatkan agar manfaat AI dapat dirasakan secara merata oleh seluruh lapisan masyarakat. “Keberhasilan AI tidak hanya diukur dari efisiensi yang dihasilkan, tetapi juga dari seberapa besar peluang baru yang diciptakan bagi masyarakat dan dunia usaha,” katanya.
Untuk mencapai hal tersebut, Indonesia menekankan penguatan tiga pilar utama, yaitu infrastruktur digital yang tangguh, pengembangan sumber daya manusia (SDM), serta inovasi dan kolaborasi lintas sektor.
Selain itu, Wamenkeu menyoroti pentingnya pengelolaan AI yang bertanggung jawab, termasuk peningkatan keterampilan tenaga kerja (reskilling), penerapan prinsip keadilan dan transparansi, serta menjaga persaingan yang sehat.
“AI harus dikelola dengan bijak, bukan ditakuti. Teknologi ini harus membantu memperkuat, bukan menggantikan, peran manusia dalam pengambilan keputusan,” tegasnya.
Thomas juga menilai bahwa tidak ada satu negara pun yang dapat menghadapi revolusi AI sendirian. Karena itu, kerja sama internasional menjadi kunci untuk memastikan semua negara, termasuk negara berkembang, bisa memperoleh manfaat dari teknologi ini.
Menutup pernyataannya, Thomas mendorong Bank Dunia dan IMF untuk berperan aktif dalam memperkuat kesiapan global menghadapi era AI, khususnya melalui investasi di bidang infrastruktur digital, tata kelola, dan pengembangan SDM.
“AI harus menjadi alat untuk melayani manusia. Bersama negara-negara anggota South-East Asia Voting Group (SEAVG), Indonesia berkomitmen menjadikan AI sebagai sarana inklusi dan kemakmuran bersama,” pungkasnya.

