Pendopo, yang menaungi lebih dari 300 UMKM di bawah Kawan Lama Group, turut ambil bagian dalam pagelaran “Aku, Wastra, Kisah” yang diselenggarakan Matahari Dari Timur di Sunset Pier Pantai Indah Kapuk. Ajang ini menjadi ruang bagi Pendopo untuk menampilkan karya-karya wastra Indonesia yang sarat cerita, khususnya tenun dari kawasan Timur Nusantara yang penuh karakter, nilai, dan filosofi.
Putu Laura, Head of Pendopo, menyebut bahwa keikutsertaan Pendopo merupakan bentuk apresiasi terhadap kekayaan wastra yang menjadi identitas bangsa. “Melalui harmoni wastra dari Timur Indonesia, kami ingin menunjukkan bahwa keberagaman adalah kekuatan. Para model kembar dan penyandang disabilitas yang tampil juga menjadi simbol kesetaraan, bahwa perbedaan selalu dapat dirajut menjadi keindahan, sebagaimana wastra yang disatukan dari beragam warna,” ujarnya.
Dalam pagelaran tersebut, Pendopo menghadirkan koleksi dari Umalulu yang mewakili kekuatan wastra Sumba Timur. Dua jenis tenun diperlihatkan, yakni Hanggi—kain persegi panjang yang dikenakan pria sebagai busana adat—serta Lau Pahudu dengan teknik Pahikung, yakni tenun songket bermotif timbul untuk perempuan. Motif-motifnya memiliki makna spiritual dalam kepercayaan Marapu. Simbol kuda (Njara) melambangkan keberanian, gurita (Wita) mencerminkan kebijaksanaan, rusa (Ruha) menjadi simbol kehormatan, sedangkan buaya dan ular naga menggambarkan kekuatan alam dan leluhur. Motif udang (Kurang) sendiri identik dengan harapan akan lahirnya kehidupan baru.

Selain Umalulu, Pendopo juga menampilkan wastra Buna yang dikenal dengan motif padat dan tingkat kerumitan tinggi. Motif Buna terinspirasi dari alam serta pengalaman hidup masyarakat, menghadirkan visual fauna, flora, dan bentuk geometris yang kaya tekstur. Tenun ini bukan hanya indah secara estetika, tetapi juga memuat pesan simbolis—menjadi identitas daerah, penanda status sosial, dan bagian penting dalam tradisi adat masyarakat Timor. Pada berbagai upacara adat, wastra Buna digunakan sebagai lambang kehormatan, kebersamaan, dan penghormatan kepada leluhur.
Partisipasi Pendopo dalam pagelaran ini menjadi bentuk nyata komitmen untuk membawa wastra Indonesia ke ruang publik. Karya yang ditampilkan tidak hanya menunjukkan estetika, tetapi juga menegaskan bahwa perjalanan wastra adalah perjalanan budaya—tentang memori, identitas, dan nilai yang diwariskan lintas generasi.
“Sebagai bagian dari ekosistem yang mendukung lebih dari 300 UMKM, Pendopo akan terus membuka peluang bagi para perajin lokal untuk berkarya dan berkembang. Kami berharap semakin banyak masyarakat yang menyadari bahwa membeli dan memakai wastra bukan sekadar pilihan mode, tetapi kontribusi nyata dalam menjaga keberlangsungan warisan budaya Nusantara serta masa depan para perajinnya,” tutup Putu Laura.

