Tokyo – Honda dan Nissan resmi mengumumkan rencana untuk membicarakan kemungkinan penggabungan menjadi satu perusahaan induk dalam enam bulan ke depan. Sebelumnya, Mitsubishi yang telah beraliansi dengan Nissan, juga akan terlibat. Jika kesepakatan tercapai, proses penggabungan ini diperkirakan selesai pada tahun 2026. Honda akan memiliki peran dominan, dengan mencalonkan mayoritas direktur dan presiden perusahaan baru tersebut.
Entitas gabungan ini diperkirakan bernilai $50 Miliar, menjadikannya produsen mobil terbesar ketiga di dunia berdasarkan volume penjualan, setelah Toyota dan Volkswagen Group. Penggabungan ini dirancang untuk “mempertahankan daya saing global dan memberikan produk serta layanan yang lebih menarik kepada pelanggan di seluruh dunia.”
Pengumuman ini muncul di tengah tantangan yang dihadapi Nissan, termasuk pengurangan 9.000 tenaga kerja dan pemotongan kapasitas produksi sebesar 20 persen. Setelah berita tentang diskusi penggabungan mencuat, saham Nissan meningkat lebih dari 20 persen. Ketiga perusahaan juga telah menjalin kerja sama di bidang pengembangan kendaraan listrik (EV) dan perangkat lunak sejak Agustus 2024.
Selama konferensi pers di Tokyo, Honda dan Nissan menyatakan telah menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) untuk memulai pembicaraan. Mitsubishi juga telah menandatangani MoU terpisah dan akan memutuskan partisipasinya pada akhir Januari 2025. Kesepakatan akhir diharapkan tercapai pada Juni 2025.

CEO Honda, Toshihiro Mibe, menekankan bahwa langkah ini masih dalam tahap awal, dan ada kemungkinan rencana penggabungan tidak akan terwujud.
“Kami sedang mengevaluasi peluang ini dengan hati-hati,” ujarnya.
Entitas gabungan akan terbentuk melalui transfer saham bersama, dengan rasio yang masih dalam tahap penentuan. Jika pemegang saham menyetujui, perusahaan baru ini akan tercatat di Bursa Efek Tokyo pada Agustus 2026. Honda, Nissan, dan Mitsubishi akan tetap mempertahankan merek masing-masing, tetapi akan berbagi platform kendaraan dan teknologi untuk mengurangi biaya produksi dan meningkatkan efisiensi.
Kolaborasi ini juga akan mencakup penelitian dan pengembangan, integrasi rantai pasokan, serta optimalisasi produksi. Model ini disebut-sebut menyerupai struktur VW Group atau Stellantis, di mana merek-merek yang berbeda beroperasi di bawah satu payung, tetapi tetap menjaga identitas masing-masing. Dengan produksi tahunan sekitar 8 juta unit, entitas baru ini akan menjadi salah satu pemain teratas di industri otomotif global.
Namun, belum jelas bagaimana penggabungan ini akan memengaruhi aliansi Renault-Nissan-Mitsubishi yang sudah ada.
CEO Nissan, Makoto Uchida, yakin bahwa penggabungan ini dapat menciptakan nilai lebih bagi pelanggan.
“Kami percaya kolaborasi ini dapat menghasilkan solusi mobilitas yang unik, yang tidak mungkin dicapai secara individual,” ujarnya.
Sementara itu, CEO Honda, Toshihiro Mibe, menyebut langkah ini sebagai peluang untuk menciptakan “nilai mobilitas baru” melalui sinergi antara kedua perusahaan.
CEO Mitsubishi, Takao Kato, menambahkan, “Kerja sama ini dapat mempercepat sinergi dan memberikan nilai lebih pada kolaborasi kami, sambil memanfaatkan kekuatan masing-masing perusahaan secara maksimal.”
Penggabungan antara Honda, Nissan, dan Mitsubishi berpotensi menciptakan kekuatan baru di industri otomotif global. Meski masih dalam tahap diskusi, langkah ini menunjukkan ambisi ketiga perusahaan untuk menghadapi perubahan besar dalam industri otomotif, termasuk transisi menuju kendaraan listrik dan digitalisasi.