Jakarta – Pada Triwulan III-2024, ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 4,95 persen secara tahunan (yoy) dan 1,5 persen secara kuartalan (qtq), dengan pertumbuhan kumulatif (ctc) mencapai 5,03 persen. Hal ini terjadi di tengah ketidakpastian global dan tantangan ekonomi yang masih berlanjut.
“Secara historis, pada kuartal ketiga biasanya ada sedikit penurunan dibandingkan kuartal-kuartal sebelumnya. Kami berharap kuartal keempat menunjukkan kinerja yang lebih baik. Meski demikian, pertumbuhan dari kuartal ke kuartal tetap naik 1,5 persen. Jika melihat tiga kuartal pertama hingga Triwulan III ini, kita masih mencatat pertumbuhan sebesar 5,03 persen. Dengan capaian ini, kita masih optimis ekonomi dapat stabil di akhir tahun pada level 5 persen sesuai target APBN,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam konferensi pers di Kantor Kemenko Perekonomian, Selasa (5/11)
Triwulan III biasanya mengalami sedikit perlambatan dibandingkan Triwulan II, yang sering kali didorong oleh perayaan Hari Besar Keagamaan dan liburan sekolah. Pada Triwulan III ini, faktor pendorong tersebut tidak ada, namun inflasi tetap terjaga rendah dalam rentang sasaran 2,5 persen ±1 persen, mencapai 1,71 persen pada Oktober 2024. Selain itu, rasio utang Indonesia berada pada level aman, yakni 39,4 persen per Juni 2024. Dibandingkan negara lain, Indonesia mencatat kinerja ekonomi lebih kuat, dengan pertumbuhan lebih tinggi dari Singapura (4,1 persen), Arab Saudi (2,8 persen), dan Meksiko (1,5 persen).

Seluruh komponen pengeluaran mencatat pertumbuhan positif, dengan konsumsi rumah tangga tumbuh 4,91 persen, menjadi pendorong utama sebesar 2,55 persen. Peningkatan ini didorong oleh sektor hotel dan restoran. Sementara itu, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh 5,15 persen, didukung oleh investasi pemerintah dan swasta, khususnya di sektor infrastruktur.
Semua sektor usaha mencatatkan pertumbuhan positif, dengan lima sektor utama menyumbang 64,94 persen terhadap PDB. Sektor transportasi dan pergudangan tumbuh paling tinggi, yaitu 8,64 persen, seiring peningkatan jumlah penumpang dan volume pengiriman barang. Sektor makanan dan minuman tumbuh 8,33 persen, didorong oleh meningkatnya kunjungan wisatawan mancanegara dan ajang internasional seperti MotoGP Mandalika dan PON XXI.
Pertumbuhan Ekonomi Regional
Secara geografis, seluruh wilayah Indonesia mengalami pertumbuhan, meski ada pelambatan di beberapa daerah seperti Sumatera, Sulawesi, dan Maluku-Papua. Wilayah Jawa, Kalimantan, Bali, dan Nusa Tenggara mencatat pertumbuhan yang lebih kuat.
“Pertumbuhan ekonomi Indonesia kini lebih berkualitas. Jumlah penduduk yang bekerja meningkat 4,79 juta, mencapai 144,64 juta orang dibandingkan Agustus 2023. Sementara itu, jumlah pengangguran berkurang 390 ribu orang, menjadi 7,47 juta,” lanjut Airlangga.
Proporsi pekerja formal juga meningkat menjadi 42,05 persen, lebih tinggi dari 40,89 persen pada Agustus 2023, terutama karena peningkatan pekerja dengan status buruh/karyawan/pegawai yang tumbuh 3,44 persen (yoy).
Menko Airlangga juga menjelaskan strategi kebijakan pemerintah untuk mempercepat pertumbuhan pada kuartal IV-2024. Pertama, menjaga daya beli masyarakat dengan memperpanjang insentif fiskal seperti PPN DTP dan PPnBM DTP untuk properti dan otomotif, meningkatkan kuota FLPP, memaksimalkan pemanfaatan JKP dan JKK, serta mendorong kewirausahaan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR). Kedua, meningkatkan nilai tambah sumber daya alam (SDA) melalui hilirisasi 26 komoditas.
“Untuk meningkatkan daya saing ekonomi, pemerintah juga terus mengoptimalkan proyek strategis nasional, pengembangan kawasan industri dan kawasan ekonomi khusus, serta memberikan insentif tax holiday sesuai PMK Nomor 69 Tahun 2024,” tutup Airlangga.