Jakarta – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengadakan pertemuan dengan US-ASEAN Business Council di Jakarta pada Selasa (3/12) Delegasi yang dipimpin oleh Senior Vice President & Regional Managing Director US-ASEAN Business Council, Amb. Brian D. McFeeters (ret.), juga dihadiri partisipasi 40 perusahaan berbasis di Amerika Serikat yang beroperasi lintas sektor di Indonesia. Sektor-sektor tersebut meliputi layanan keuangan, energi, agrikultur, teknologi informasi, hingga aviasi.
“Hubungan kerja sama antara Amerika Serikat dan Asia Tenggara sudah terjalin lama. Di sektor bisnis, per September 2024, hubungan resmi ini telah memasuki usia 40 tahun melalui US-ASEAN Business Council,” ujar Sri Mulyani dikutip dari laman kemenkeu.
Dalam diskusi tersebut, Sri Mulyani menyampaikan prioritas pemerintahan Presiden Prabowo Subianto kepada para perwakilan dunia usaha. Beberapa poin utama yang dibahas meliputi:
- Ketahanan pangan melalui program seperti Makanan Bergizi Gratis (MBG).
- Ketahanan energi dengan inisiatif Just Energy Transition Partnership (JETP).
- Pengembangan pusat data sebagai bagian dari transformasi digital.
- Harmonisasi perpajakan untuk mendukung iklim investasi yang kondusif.
- Hilirisasi 25 komoditas prioritas untuk mendorong nilai tambah ekonomi.

Menurut Sri Mulyani, kolaborasi antara pembuat kebijakan dan dunia usaha sangat penting untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Perwakilan dari sektor usaha mengapresiasi langkah pemerintah dalam menciptakan kebijakan dan insentif yang mendukung pertumbuhan ekonomi, termasuk peningkatan investasi dan penguatan hubungan bilateral.
“Dialog seperti ini penting untuk menjembatani visi kebijakan dengan kebutuhan dunia usaha, menciptakan iklim bisnis yang kondusif dan produktif,” kata Sri Mulyani.
Sri Mulyani juga menegaskan bahwa momentum 40 tahun hubungan resmi antara Amerika Serikat dan Asia Tenggara ini menjadi landasan kuat untuk mempererat kerja sama strategis di berbagai sektor. Komitmen ini bertujuan untuk memaksimalkan potensi ekonomi Indonesia sekaligus mendorong pertumbuhan yang inklusif di kawasan.
Pertemuan ini diharapkan dapat memperkuat sinergi antara sektor publik dan swasta demi mendukung visi pembangunan berkelanjutan dan transformasi ekonomi Indonesia.