Bandung – Astra melalui Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) berkolaborasi dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat (Dinas Perindag Jabar) meluncurkan program pembinaan IKM logam di Lingkungan Industri Kecil (LIK) UPTD Logam Jawa Barat yang telah dimulai pada awal Januari 2024.
Kolaborasi ini bertujuan memperluas jangkauan program pembinaan IKM, khususnya di wilayah Jawa Barat, termasuk program pembinaan IKM manufaktur di Citeureup, Bogor. Tujuannya adalah mendorong IKM agar semakin mandiri, berkelanjutan, dan mampu naik kelas.
Sebanyak 28 IKM berpartisipasi dalam berbagai pelatihan dan pendampingan, seperti Pelatihan Mentalitas Dasar, Manajemen 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin), Perhitungan Biaya Produksi (Cost Calculation), Pelatihan Pengukuran, serta program lainnya yang mendukung peningkatan kompetensi IKM
Untuk memperkuat pembinaan, dengan dukungan Kementerian Perindustrian RI, mendirikan cabang Lembaga Pengembangan Bisnis (LPB) di Bandung. LPB Bandung akan menyediakan layanan pelatihan, pendampingan, fasilitasi pemasaran, dan akses pembiayaan bagi IKM di sektor manufaktur, kerajinan, dan kuliner.

LPB Bandung resmi diluncurkan pada 20 Desember 2024 oleh Ketua Pengurus YDBA, Rahmat Samulo, dan Kepala Dinas Perindag Jabar, Noneng Komara Nengsih, Acara ini juga dihadiri sejumlah tokoh, seperti:
- Sekretaris Pengurus YDBA, Ema P. Prasetio,
- Bendahara Pengurus YDBA, Agung K. Sampurno,
- Direktur IKM Logam, Mesin, Elektronika, dan Alat Angkut Kemenperin, Dini Hanggandari
- Kepala UPTD Industri Logam Dinas Perindag Jabar, Pahala Hatigoran Marbun,
- Quality Assurance Head PT Astra Honda Motor, Setyo Budi Anang Yuliarto.
Peresmian ini ditandai dengan penandatanganan kerja sama terkait pembinaan IKM di Bandung antara YDBA dan Dinas Perindag Jabar. Selain itu, dilakukan juga perjanjian kerja sama antara YDBA, perusahaan tier 1 PT Astra Honda Motor, dan IKM binaan untuk memperkuat rantai pasok. Sebanyak 8 IKM dipercaya untuk memasok produk mereka kepada 6 perusahaan tier 1 PT Astra Honda Motor.
Rahmat Samulo berharap LPB Bandung dapat menjadi wadah untuk meningkatkan kompetensi IKM, terutama dalam memenuhi standar kualitas, biaya, dan waktu pengiriman (QCD). Ia juga mendorong perubahan pola pikir IKM agar lebih inovatif, berbagi pengalaman, serta berkomitmen untuk berkembang bersama.
Noneng Komara Nengsih menyebutkan bahwa kolaborasi ini merupakan bagian dari strategi Kemitraan Industri Terintegrasi (MITIGASI) untuk meningkatkan kompetensi IKM di Jawa Barat. Ia optimis, IKM di LIK UPTD Logam dapat menjadi bagian dari rantai pasok perusahaan besar dan mendukung inisiatif “Jabar Menyala.”

Acara peresmian LPB Bandung ditutup dengan diskusi bertema #IKMBandungSiapBeraksi. Diskusi ini menghadirkan Rahmat Samulo, Setyo Budi Anang Yuliarto, Pahala Hatigoran Marbun, serta Muhamad Khaelani, pemilik CV Grand Manufacturing Indonesia.
Dalam diskusi tersebut, Khaelani mengungkapkan bahwa program pembinaan telah membuka wawasan IKM untuk lebih fokus pada kualitas, biaya, dan waktu pengiriman. Ia juga berharap LPB Bandung mampu menciptakan pola pikir yang kolaboratif dan mendorong kemajuan bersama bagi IKM di Bandung.
Dengan adanya LPB Bandung, diharapkan kontribusi IKM terhadap perekonomian nasional semakin meningkat, sekaligus memperkuat lokalisasi di berbagai sektor industri.