Jakarta – Pemerintah terus memberikan perhatian besar terhadap pengembangan sektor otomotif di Indonesia, mengingat industri ini memiliki kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional.
“Kami mengapresiasi penyelenggaraan International Motor Show (IIMS), yang terbukti memberikan dampak positif dan mendukung upaya pemerintah dalam menggairahkan industri otomotif nasional,” ujar Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, saat membuka IIMS 2025 di Jakarta, Kamis (13/2).
Menurutnya, IIMS 2024 mencatat pencapaian luar biasa dengan total penjualan mencapai 19.200 unit kendaraan dan nilai transaksi Rp6,7 triliun. “Angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 54,5 persen dibandingkan dengan IIMS 2023,” jelasnya.
Tak hanya dari sisi transaksi, jumlah pengunjung IIMS 2024 juga melonjak hingga lebih dari 560 ribu orang, mencerminkan tingginya antusiasme masyarakat terhadap industri otomotif nasional. “Dengan antusiasme yang semakin berkembang, saya yakin pencapaian ini akan terulang, bahkan semakin meningkat pada IIMS 2025, dengan kehadiran 36 brand kendaraan dan 149 perusahaan industri otomotif yang berpartisipasi,” tambahnya.

Namun, Menperin juga menyoroti kondisi pasar otomotif saat ini yang tengah menghadapi tantangan. Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil secara wholesales (produsen ke dealer) pada Januari 2025 turun 11,3 persen secara tahunan (y-o-y). Sepanjang 2024, penjualan wholesales hanya mencapai 866.000 unit, mengalami penurunan 13,9 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
“Dengan situasi pasar yang masih lesu, seluruh pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, perlu mencari solusi agar daya beli masyarakat terhadap kendaraan bermotor kembali meningkat,” kata Agus.
Sebagai respons terhadap kondisi tersebut, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan strategis, termasuk paket stimulus ekonomi pertama yang bertujuan menjaga daya beli masyarakat serta mendukung sektor otomotif dan transisi menuju energi ramah lingkungan.
“Syukurlah, pemerintah akhirnya memutuskan untuk memberikan insentif bagi kendaraan hybrid. Harapan saya, IIMS tahun ini dapat kembali membangkitkan minat konsumen untuk membeli kendaraan,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Agus menegaskan bahwa industri otomotif memiliki peran vital dalam perekonomian nasional karena memiliki keterkaitan erat dengan sektor hulu (backward linkage) maupun hilir (forward linkage).
Berdasarkan perhitungan, penurunan penjualan mobil pada 2024 berdampak terhadap perekonomian, dengan kontribusi backward linkage menurun sebesar Rp5,4 triliun dan forward linkage sebesar Rp4,6 triliun. “Secara keseluruhan, industri manufaktur dan perekonomian nasional akan terus menghadapi tantangan yang kompleks di masa mendatang,” ujarnya.
Selain faktor internal, dinamika global juga turut memengaruhi industri otomotif nasional. Agus menyebutkan bahwa situasi geopolitik dunia yang berubah, termasuk terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat, berpotensi memengaruhi sektor industri dalam negeri.
“Dinamika global ini harus kita cermati secara saksama, karena dampaknya bisa berimbas langsung pada industri nasional dan ekonomi secara keseluruhan,” tuturnya.
Di tengah berbagai tantangan tersebut, pemerintah berkomitmen untuk menciptakan kebijakan yang mampu mendorong pertumbuhan industri otomotif agar tetap kompetitif dan berkelanjutan. “Diperlukan regulasi yang menciptakan iklim usaha yang kondusif serta memperkuat daya saing industri nasional agar tetap tangguh dan progresif,” pungkasnya.