Jakarta – Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia, Anindya Bakrie, menyoroti potensi besar dalam kemitraan strategis antara Indonesia dan Prancis, terutama di sektor-sektor utama. Ia juga menekankan bahwa investasi Prancis di Indonesia memiliki dampak yang signifikan. Saat ini, Prancis menempati posisi kedua di antara negara-negara Uni Eropa dalam hal nilai investasi di Indonesia.
“Investasi Prancis di Indonesia sangat besar. Saat ini, mereka mengamati arah kebijakan di bawah kepemimpinan baru, namun secara umum sentimen yang ditunjukkan sangat positif. Minat mereka terhadap pasar Indonesia tetap tinggi, terlihat dari banyaknya delegasi yang datang dan menunjukkan komitmen serius terhadap investasi di sini,” ujar Anindya dalam acara Indonesia-France Business Forum 2025 yang berlangsung di Jakarta pada Rabu (19/2)
Pada tahun 2023, total investasi Prancis di Indonesia tercatat lebih dari USD 300 juta atau sekitar Rp 4,9 triliun, tersebar dalam 6.114 proyek di berbagai sektor. Angka ini menempatkan Prancis sebagai negara penyumbang investasi asing langsung (FDI) terbesar ke-11 di Indonesia secara global.
Saat ini, Indonesia telah memiliki 19 perjanjian perdagangan bebas (FTA) atau Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dalam skala bilateral dan regional. Pada bulan Maret mendatang, Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Uni Eropa (IEU-CEPA) akan digelar di Prancis. Oleh karena itu, forum yang diinisiasi oleh KADIN dan Mouvement des Entreprises de France International (MEDEF) menjadi sangat relevan dan tepat waktu.
“Forum ini menjadi sarana penting bagi para pelaku bisnis untuk memperkuat interaksi dalam perdagangan dan investasi. Selain itu, ini juga memberikan peluang bagi Indonesia dan Prancis untuk menjadi pemain utama ketika IEU-CEPA mulai diimplementasikan, mengingat hubungan bilateral yang telah terjalin dengan baik,” ujar Anindya.
Perjanjian ini diharapkan dapat memberikan akses yang lebih luas bagi Indonesia ke pasar Eropa, menarik lebih banyak investasi asing, serta meningkatkan daya saing industri melalui transfer teknologi. Sejumlah sektor seperti manufaktur, energi terbarukan, dan infrastruktur diproyeksikan akan memperoleh manfaat besar, yang pada akhirnya mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
Anindya juga mengungkapkan bahwa Indonesia dapat mengambil banyak pelajaran dari Prancis, khususnya dalam penerapan praktik pertambangan berkelanjutan. Salah satu contohnya adalah Eramet, perusahaan nikel asal Prancis yang telah berkontribusi dalam industri mineral strategis di Indonesia.
“Eramet merupakan satu dari dua perusahaan yang dinilai memiliki potensi besar dalam membawa Indonesia menuju pertambangan berkelanjutan. Perusahaan ini dapat menjadi duta bagi Indonesia dalam menunjukkan bahwa sektor pertambangan kita dapat berkembang dengan prinsip keberlanjutan, sekaligus membuka peluang pasar tidak hanya ke timur, tetapi juga ke barat,” jelasnya.
Dengan tren pertumbuhan investasi yang positif, Anindya optimis bahwa kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Prancis akan terus meningkat. Hal ini diharapkan dapat membuka lebih banyak peluang bagi kedua negara dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.