Banjarmasin – Perum Bulog Kantor Wilayah Kalimantan Selatan mencatat tonggak penting dalam sejarah pengelolaan stok beras. Hingga awal Mei 2025, jumlah beras untuk Program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (PSH) telah mencapai 29.968 ton — angka tertinggi sepanjang operasional Bulog di wilayah tersebut.
Capaian ini disampaikan oleh Kepala Perum Bulog Kalsel, Muhammad Akbar Said, dalam konferensi pers yang digelar di Banjarmasin, Kamis (8/5).
Menurut Akbar, pencapaian tersebut merupakan hasil dari kerja keras di lapangan, meskipun tahun ini terjadi tiga kali penyesuaian target serapan. “Ini kali pertama kita mencapai jumlah sebanyak ini. Dalam sejarah Bulog Kalsel, belum pernah ada realisasi setinggi ini,” ujarnya.
Target revisi terakhir tahun ini ditetapkan sebesar 12.793 ton dalam bentuk setara beras, yang meliputi 4.842 ton gabah dan 10.208 ton beras. Per awal Mei, realisasi serapan telah menyentuh 89 persen, yakni 2.353 ton gabah dan 10.122 ton beras, atau setara 11.378 ton dalam bentuk beras.
Masih terdapat sisa sekitar 1.414 ton yang perlu dipenuhi sebelum akhir bulan, namun Bulog optimis dapat meraihnya dengan mengandalkan panen dari wilayah Hulu Sungai Tengah, Kotabaru, serta daerah pesisir Tanah Bumbu.
“Tim penjemput gabah terus bergerak, bahkan tanpa hari libur. Kami aktif menjalin koordinasi dengan Dinas Pertanian, penyuluh lapangan, dan mitra di lapangan. Di mana ada panen, di situ kami hadir,” kata Akbar dikutip dalam keterangan tertulis.
Menariknya, Kalimantan Selatan yang bukan merupakan wilayah sentra produksi beras, untuk pertama kalinya tidak menerima pasokan dari luar. Semua stok berasal dari hasil panen petani lokal.
“Tahun ini jadi pengecualian. Kita bisa memenuhi kebutuhan sendiri tanpa impor dari provinsi lain. Ini pencapaian besar bagi daerah,” lanjutnya.
Akbar juga menegaskan bahwa harga Gabah Kering Panen (GKP) ditetapkan sebesar Rp6.500 per kilogram, sesuai arahan dari Kementerian Pertanian. Kebijakan ini dinilai memberikan keuntungan nyata bagi petani dan mendorong semangat produksi.
“Banyak petani merasa puas. Mereka bilang, baru kali ini bisa menikmati hasil panen dengan senyum tiap hari,” tambahnya.
Untuk menjaga kualitas, Bulog memberikan edukasi soal standar mutu GKP. Gabah dengan kualitas rendah atau belum matang akan diproses oleh 12 mitra penggilingan (maklon), dengan dukungan dari 513 unit mitra penyerapan di lapangan.
Akbar juga menyampaikan bahwa tingginya volume serapan membuat kapasitas gudang mendekati batas maksimal. Untuk mengatasi ini, Bulog menyewa fasilitas tambahan milik PT BGR (anak usaha ID FOOD) agar hasil panen petani tetap bisa tertampung.
Sejumlah gudang strategis seperti Telaga Biru, Landasan Ulin, dan Natura 162 menjadi titik utama distribusi. Namun, dua unit gudang di Telaga Biru belum bisa difungsikan akibat terganggu aktivitas pelabuhan di sekitar.
“Renovasi belum bisa dilaksanakan karena masih menunggu hasil koordinasi tukar guling dengan Pelindo,” tutup Akbar.