Jakarta – Semesta Amigdala yang sebelumnya diperkenalkan melalui buku Perjalanan Merepresi Memori, karya terbaru berjudul Residu yang Bersemayam kembali menegaskan posisi Ega Mpokgaga sebagai penulis yang konsisten mengangkat isu kesehatan mental dalam ranah sastra populer Indonesia.
Melalui novel keduanya ini, Ega tidak hanya menyajikan kelanjutan kisah Ishtar Mahendra Sumoprawiro, tetapi juga melakukan eksplorasi mendalam tentang bagaimana masa lalu meninggalkan jejak emosional dalam kehidupan seseorang.
Istilah residu digunakan Ega untuk menggambarkan emosi yang bertahan dan sulit dilepaskan, mulai dari rasa bersalah, ketakutan, hingga keraguan pada diri sendiri. Hal-hal inilah yang kerap menghalangi seseorang dalam membangun hubungan sehat, baik dengan dirinya sendiri maupun dengan orang lain.

“Banyak dari kita masih terus berhadapan dengan perasaan yang belum selesai. Dalam buku kedua ini, semesta Amigdala mencoba menunjukkan bagaimana para tokoh berusaha keluar dari kubangan residu yang menghambat perjalanan hidup mereka,” ungkap Ega Mpokgaga dikutip dari laman storybeauty
Cerita dalam Residu yang Bersemayam bergerak dinamis, menyatukan perjalanan fisik dan batin. Ishtar tidak hanya berpindah dari satu kota ke kota lain, tetapi juga menyelami lapisan emosi yang semakin kompleks. Pertemuan dengan berbagai karakter baru pun menjadi pemicu refleksi dan konfrontasi emosional, menggambarkan bahwa proses penyembuhan tidak pernah berlangsung lurus atau mudah.
Meski berbentuk fiksi, Ega menegaskan bahwa ia selalu memasukkan dinamika psikologis yang autentik. Hal ini ia peroleh dari pengalaman pribadi serta pengamatan mendalam terhadap orang-orang di sekitarnya, sehingga banyak pembaca merasa dekat secara emosional dengan tokoh-tokoh dalam ceritanya.
“Tema besar yang diangkat sangat lekat dengan pengalaman banyak orang. Tak jarang, pembaca merasa seolah sedang bercermin pada kehidupan mereka sendiri saat menyelami kisah ini,” tambahnya.
Saat ini, Residu yang Bersemayam sudah tersedia dalam bentuk fisik dan bisa diperoleh secara daring. Buku ini menjadi jembatan penting sebelum memasuki babak penutup semesta Amigdala melalui novel ketiga yang tengah dipersiapkan.