Jakarta – Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Polri memastikan penerapan standar kebersihan yang ketat demi menjamin makanan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) aman dan higienis bagi para siswa penerima. Seluruh proses, mulai dari pencucian peralatan masak hingga wadah makanan, dilakukan secara berlapis—mulai dari pembersihan sisa makanan, pencucian tiga tahap, hingga pengeringan menggunakan oven steril.
Kepala SPPG Polri Pejaten, M. Iqbal Salim, menjelaskan setiap peralatan masak maupun wadah makanan dipilah terlebih dahulu sebelum masuk ke area pencucian. Di ruang pencucian, tersedia tiga bak khusus dengan fungsi berbeda.
“Pertama direndam dengan air panas dan sabun untuk melunturkan lemak dan minyak. Setelah itu dipindahkan ke bak kedua untuk disikat dan dibilas agar sisa sabun hilang. Lalu dipindahkan lagi ke bak ketiga dengan air mengalir untuk pembersihan akhir,” ujar Iqbal di Jakarta Selatan, Kamis (2/10).
Setelah proses tersebut, peralatan dikeringkan dengan lap tipis lalu dimasukkan ke oven pengering. “Selain berfungsi mengeringkan, oven ini juga diharapkan membunuh bakteri yang masih menempel,” tambahnya.

Menurut Iqbal, sanitasi di SPPG Polri diawasi rutin oleh Dinas Kesehatan melalui Inspeksi Kesehatan Lingkungan (IKL). SPPG juga telah mengantongi sejumlah sertifikasi seperti ISO 2018, HACCP, GMP, BRC, serta sertifikat halal. Sementara penyimpanan bahan makanan diatur ketat dengan pemisahan antara bahan basah, kering, dan bumbu.
Anggota Gugus Tugas MBG Bidang Pengawasan Gizi dan Makanan Mabes Polri, drg. Tetty Seppriyanti, menekankan pentingnya menjaga kebersihan ompreng dan kualitas air. Ia mencontohkan, di Pejaten sempat ditemukan air sumur dengan kandungan mikroba berbahaya seperti E. coli.
“Kita sarankan sumurnya digali lebih dalam, tapi untuk memasak tetap menggunakan air galon isi ulang. Air sumur hanya dipakai untuk mencuci, dengan catatan filter harus diganti setiap hari. Sebab penyebab utama diare biasanya berasal dari E. coli,” jelas Tetty.
Sejak beroperasi Maret 2025, dapur SPPG Polri Pejaten telah menyalurkan rata-rata 3.400 porsi makanan per hari ke 10 sekolah. Jumlah ini masih dalam kisaran target minimal 3.000 porsi dan maksimal 4.000 porsi per hari.
Iqbal menegaskan, saat ini pihaknya masih fokus meningkatkan standar fasilitas dan operasional SPPG agar sesuai standar yang ditetapkan Polri dan Badan Gizi Nasional (BGN). Setelah semua terpenuhi, barulah rencana penambahan penerima manfaat akan dibahas lebih lanjut.
Kepala BGN, Dadan Hindayana, turut mengapresiasi langkah Polri dalam menjaga kualitas program MBG. Menurutnya, standar fasilitas dapur hingga prosedur pengujian cepat (rapid test) sebelum makanan didistribusikan bisa menjadi contoh bagi dapur MBG lain di seluruh Indonesia.
“Bangunan yang dibuat Polri sudah berstandar tinggi. Mereka juga melakukan rapid test sebelum makanan didistribusikan,” kata Dadan di Jakarta, Rabu (1/10). Ia menambahkan, sesuai arahan presiden, seluruh dapur SPPG nantinya juga akan dilengkapi alat rapid test untuk memastikan kualitas makanan tetap terjaga.