Tangerang – Sampah plastik masih menjadi persoalan besar, terutama di wilayah perkotaan. Karena sulit terurai, limbah ini mencemari tanah, air, bahkan membahayakan kesehatan ketika dibakar. Kondisi tersebut juga dirasakan warga Kelurahan Bencongan Indah, Kecamatan Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang, yang menghadapi penumpukan plastik di lingkungannya.
Menjawab tantangan itu, tim dosen dan mahasiswa Universitas Pelita Harapan (UPH) menghadirkan solusi inovatif berupa eco-paving block — paving blok ramah lingkungan yang dibuat dari campuran limbah plastik, semen, dan abu terbang (fly ash), hasil sisa pembakaran batu bara. Inovasi ini mengubah sampah menjadi material konstruksi bermanfaat dan bernilai ekonomi.
Program ini dipimpin oleh Dr.-Ing. Jack Widjajakusuma (Ketua Program Studi Teknik Sipil UPH) bersama Prof. Dr. A’azokhi Waruwu, S.T., M.T., dan Priskila Christine Rahayu, S.Si., M.T. Mereka melibatkan mahasiswa Teknik Sipil angkatan 2023–2024 seperti Flory Buntoro, Chin Chen Nelson Rubben, Ruisto Cahyadi, Gabriela Xena Levina Priambodo, Viktoria Darlene Pelupessy, Moreno Nauval Purnawan, Jason Liem, George Wesley, dan Genevieve Rebecca Rompis.
Inisiatif ini juga berhasil mendapatkan hibah sebesar Rp43 juta dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) – Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek).
Dari Limbah Menjadi Solusi Ekonomi Berkelanjutan
Menurut Dr. Jack Widjajakusuma, eco-paving block bukan hanya solusi teknis untuk mengurangi limbah, tetapi juga peluang ekonomi bagi masyarakat.

“Inovasi ini membuktikan bahwa sampah plastik bisa diolah menjadi produk berguna sekaligus bernilai ekonomi. Kami berharap masyarakat dapat memproduksinya secara mandiri dan berkelanjutan agar manfaatnya terus dirasakan,” ujarnya.
Konsep eco-paving block ini dikembangkan untuk menekan volume sampah plastik sekaligus mengurangi biaya produksi material bangunan. Tim UPH melakukan terobosan dengan mengganti hingga 25% semen menggunakan abu terbang, yang menjadikan biaya lebih efisien sekaligus memanfaatkan limbah industri.
Dengan mencampurkan cacahan plastik dan abu terbang sebagai pengganti sebagian semen, produk ini menjadi lebih ringan, mudah dipasang, namun tetap memenuhi standar kekuatan. Tak hanya untuk jalan atau taman, material ini juga berpotensi digunakan pada area parkir hingga dinding rumah.
Pelatihan dan Antusiasme Warga Bencongan Indah
Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) UPH menggelar pelatihan dan sosialisasi kepada warga Bencongan Indah agar program ini berkelanjutan. Antusiasme warga sangat tinggi; mereka belajar cara mencacah plastik, mencetak paving, hingga mengoperasikan mesin pencacah dan cetakan otomatis yang disediakan tim.
“Program ini membuka wawasan kami. Sampah yang dulu jadi masalah kini bisa jadi peluang usaha. Kami terbantu secara ekonomi sekaligus lebih sadar lingkungan,” ungkap Dadang M. Bakhtiar, Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kelurahan Bencongan Indah.

Priskila Christine Rahayu menambahkan pentingnya pendampingan dalam aspek manajemen dan pemasaran.
“Selain produksi, kami melatih warga agar mampu mengelola usaha, menjaga kualitas produk, dan memasarkan eco-paving block dengan strategi sederhana namun efektif,” jelasnya.
Sementara itu, Prof. A’azokhi Waruwu menegaskan bahwa keberlanjutan program menjadi kunci utama.
“Kami akan terus mendampingi warga, termasuk membantu UMKM lokal memasarkan produk melalui media sosial dan koperasi agar benar-benar bisa masuk ke pasar,” katanya.