Jakarta – Kementerian Koperasi dan UKM mencatat bahwa hingga akhir 2024, total volume usaha koperasi nasional telah mencapai Rp214 triliun. Angka ini memberikan kontribusi sekitar 1 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
“Data terbaru menunjukkan geliat positif sektor koperasi. Hingga tahun ini, tercatat 131.617 koperasi aktif dengan hampir 30 juta anggota. Volume usaha koperasi mencapai Rp214 triliun, yang menyumbang hampir satu persen terhadap PDB nasional,” ungkap Menteri Koperasi dan UKM, Budi Arie Setiadi, dalam keterangan tertulis yang diterima pada Senin (14/7).
Budi menilai potensi pengembangan koperasi di Indonesia masih sangat besar. Hal ini didukung oleh inisiatif strategis pembentukan 80.000 unit Koperasi Desa/Kelurahan (Kopdes/Kel) Merah Putih, sebagai bagian dari agenda prioritas pembangunan nasional dalam Asta Cita Presiden Prabowo Subianto.
“Kita harus optimis dan terus mendorong lahirnya koperasi-koperasi besar dengan memaksimalkan potensi desa,” tegasnya.
Meski menghadapi berbagai tantangan, Budi menyatakan keyakinannya bahwa hambatan dalam pengembangan koperasi—termasuk operasional Kopdes Merah Putih—dapat diatasi melalui semangat gotong royong dan sinergi lintas sektor.
Lebih lanjut, ia menekankan bahwa Kopdes Merah Putih tidak hanya berfungsi sebagai lembaga simpan pinjam, melainkan juga sebagai pusat distribusi barang subsidi, layanan kesehatan, logistik pertanian, hingga penyedia energi. Koperasi desa kini menerapkan pendekatan kolaboratif (pentahelix), menggandeng kelompok tani, BUMDes, sektor swasta, serta perguruan tinggi.
“Mereka tidak lagi berjalan sendiri. Semua duduk bersama dengan satu visi: meningkatkan kesejahteraan rakyat,” ujarnya.
Lebih dari 80.000 unit Kopdes/Kel Merah Putih telah dibentuk melalui musyawarah desa khusus (musdesus) dan siap beroperasi setelah diluncurkan secara resmi oleh Presiden Prabowo. Ditargetkan seluruhnya aktif melayani masyarakat desa dan kelurahan mulai Oktober 2025.
“Dulu petani kecil menjual hasil panennya sendiri dengan harga murah. Kini mereka bisa menyimpan hasil panen, menunggu harga naik, dan menjual bersama melalui koperasi. Inilah wajah baru ekonomi kerakyatan,” ucap Budi.
Sejalan dengan dinamika zaman, Budi juga mendorong agar koperasi menjadi entitas yang adaptif, gesit, dan akuntabel. Ia mengajak generasi muda untuk aktif dalam ekosistem koperasi karena koperasi masa kini menawarkan ruang kreasi dan inovasi yang luas bagi kaum muda.
“Jangan berpikir koperasi hanya milik orang tua. Ini juga ruang kalian untuk tumbuh dan ikut membentuk arah ekonomi bangsa,” pungkasnya.

