Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan bahwa tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia kini melampaui beberapa negara maju. Hal ini terungkap dari hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2025 yang dilakukan OJK bersama Badan Pusat Statistik (BPS).
Berdasarkan survei tersebut, indeks literasi keuangan nasional pada 2025 mencapai 66,46%, meningkat dibanding 65,43% pada 2024. Sementara itu, tingkat inklusi keuangan juga naik signifikan dari 75,02% pada 2024 menjadi 80,5% di 2025.
Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, menyebut capaian ini menjadi lonjakan terbesar dalam beberapa tahun terakhir, mengingat sebelumnya indeks literasi keuangan hanya berada di kisaran 54%-55%.
“Angka literasi 66% ini sudah jauh lebih tinggi dibanding tahun lalu maupun periode sebelumnya,” ungkap Mahendra dalam acara Literasi Keuangan Indonesia Terdepan (Like It) di Jakarta, Kamis (14/8).
Mahendra juga menegaskan, pemahaman publik terhadap produk dan instrumen keuangan kini lebih baik dibanding sejumlah negara berkembang bahkan negara maju. Menurut laporan OJK, tingkat literasi keuangan Indonesia berada di atas rata-rata negara anggota Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), yang mayoritas beranggotakan negara-negara seperti Jepang, Jerman, dan Amerika Serikat.
Meski begitu, ia mengakui bahwa literasi keuangan masih belum sebanding dengan tingkat inklusi keuangan. Untuk itu, OJK akan memperkuat program edukasi keuangan sekaligus meningkatkan mitigasi risiko guna menekan maraknya praktik ilegal, seperti pinjaman online (pinjol) ilegal dan investasi bodong.
“Di sisi lain, pencapaian ini terukur dengan baik, bahkan bila dibandingkan dengan negara-negara maju sekalipun,” tutup Mahendra.