Jakarta – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bersama Japan International Cooperation Agency (JICA) berkomitmen memperkuat sistem peringatan dini gempa bumi dan tsunami. Komitmen ini disampaikan dalam pertemuan keempat Joint Coordinating Committee (JCC) untuk proyek Capacity Development on Operation of Earthquake and Tsunami Analysis and Warning Dissemination, Kamis (12/09)
Pertemuan tersebut dihadiri perwakilan JICA, pemerintah Indonesia, serta pakar yang mengevaluasi kemajuan proyek yang dijadwalkan selesai pada Februari 2025.

“Keberadaan sistem peringatan dini yang terintegrasi sangat penting, tidak hanya untuk Indonesia, tetapi juga kawasan Samudra Hindia dan ASEAN,” ungkap Deputi Bidang Geofisika BMKG, Nelly Florida Riama dikutip dari keterangan tertulis, Kamis (12/09)
Nelly Florida Riama mengapresiasi dukungan pemerintah Jepang melalui JICA, yang sejalan dengan Sendai Framework for Disaster Risk Reduction untuk memperkuat ketahanan dalam menghadapi bencana alam. Sistem peringatan dini tsunami Indonesia, Indonesia Tsunami Early Warning System (Ina-TEWS), menjadi salah satu contoh kerja sama yang berharga.
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menyoroti kemajuan signifikan dalam proyek ini. Verifikasi data numerik di stasiun observasi Pulau Jawa, pemutakhiran data gempa sebelum tahun 1950, serta pengembangan formula magnitudo baru M-bmkg menunjukkan kesiapan Indonesia dalam menghadapi risiko gempa dan tsunami.

“Kerja sama dengan JICA akan terus diperkuat hingga seluruh target tercapai. Dengan dukungan berkelanjutan dari JICA, kami yakin Indonesia akan semakin tangguh dalam menghadapi bencana alam,” imbuhnya.
Melalui pertemuan JCC ini, langkah strategis yang dirumuskan akan memperkuat kerja sama internasional untuk pengurangan risiko tsunami, demi melindungi nyawa dan kesejahteraan masyarakat pesisir.