Jakarta – Ekonom dan pakar moneter, Cyrillus Harinowo, menilai bahwa penurunan angka penjualan mobil di Indonesia tidak secara langsung mencerminkan melemahnya daya beli masyarakat. Menurutnya, faktor utama yang memengaruhi tren ini adalah ketidakpastian konsumen dalam mengambil keputusan pembelian kendaraan.
Cyrillus menjelaskan bahwa berdasarkan analisis di berbagai sektor, seperti ritel, elektronik, dan properti yang masih menunjukkan pertumbuhan positif, daya beli masyarakat tetap terjaga.
“Anggapan bahwa penurunan penjualan mobil terjadi akibat melemahnya daya beli mungkin kurang tepat. Saya lebih melihat bahwa faktor utama yang berperan adalah ketidakpastian dan keraguan konsumen dalam mengambil keputusan,” ujarnya dikutip dalam laman berita sartu/https://shorturl.asia/o7rK5
Transisi ke Kendaraan Ramah Lingkungan Pengaruhi Keputusan Konsumen

Salah satu penyebab utama keraguan konsumen, menurut Cyrillus, adalah perubahan arah industri otomotif menuju kendaraan ramah lingkungan. Pemerintah semakin gencar mendorong adopsi kendaraan listrik sebagai bagian dari komitmen global untuk mengurangi emisi karbon, sesuai dengan Perjanjian Paris.
“Seiring dengan kampanye elektrifikasi transportasi, konsumen mungkin masih menimbang-nimbang pilihan, apakah tetap menggunakan kendaraan berbahan bakar konvensional atau beralih ke mobil listrik,” jelasnya.
Meski demikian, Cyrillus menekankan bahwa Indonesia memiliki berbagai opsi kendaraan ramah lingkungan yang dapat meningkatkan kepercayaan konsumen dalam menentukan pilihan.
“Jika kita berbicara soal kendaraan yang lebih ramah lingkungan, mobil listrik memang unggul karena tidak menghasilkan emisi. Namun, kita juga memiliki opsi lain seperti mobil LCGC, kendaraan berbahan bakar etanol (flexy), hybrid, hingga hidrogen,”tambahnya.
Strategi Multi-Pathway: Memberikan Beragam Pilihan kepada Konsumen
Sejalan dengan pernyataan Cyrillus, Presiden Direktur Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Nandy Julyanto, mengungkapkan bahwa perusahaannya menerapkan strategi multi-pathway, yang bertujuan untuk memberikan lebih banyak pilihan kendaraan ramah lingkungan kepada masyarakat.

“Strategi multi-pathway ini sangat penting agar masyarakat memiliki keleluasaan dalam memilih kendaraan yang sesuai dengan kebutuhannya. Kami menawarkan berbagai opsi mulai dari kendaraan listrik, hybrid, hingga berbasis hidrogen, sehingga konsumen dapat memilih sesuai dengan preferensi masing-masing,” kata Nandy.
Sementara itu, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani, menegaskan bahwa pemerintah mendukung penuh inisiatif industri otomotif dalam mempercepat pengembangan ekosistem kendaraan berbasis energi bersih di Indonesia.
“Kita tidak hanya bergantung pada bahan bakar fosil. Saat ini ada transisi menuju energi yang lebih bersih, seperti biofuel, hybrid, etanol, biodiesel, hingga hidrogen. Ini adalah peluang besar bagi sektor transportasi,” jelas Eniya.
Dengan strategi diversifikasi kendaraan ramah lingkungan ini, diharapkan tren penurunan penjualan mobil dapat diatasi, sekaligus mendukung pertumbuhan industri otomotif nasional dan agenda keberlanjutan energi.