Jakarta – Transformasi digital yang kian pesat turut mengguncang industri media. Kepala Center of Industry, Trade and Investment dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Andry Satrio Nugroho, menilai bahwa perubahan pola konsumsi informasi telah menyebabkan media konvensional seperti televisi dan cetak makin terpinggirkan, yang berdampak pada meningkatnya kasus pemutusan hubungan kerja (PHK) di sektor tersebut.
Andry menjelaskan, kemudahan akses terhadap informasi melalui perangkat mobile menjadi alasan utama masyarakat lebih memilih platform digital. Dalam kondisi ini, media tradisional dituntut untuk menyesuaikan diri agar tetap relevan dan kompetitif di tengah laju digitalisasi.
“Fakta hari ini menunjukkan, masyarakat lebih banyak mengakses informasi lewat ponsel ketimbang menyaksikan siaran televisi,” ujar Andry saat diwawancara oleh Beritasatu.com pada Jumat (9/5), menanggapi gelombang PHK yang melanda berbagai perusahaan media.
Meski mendorong adopsi platform daring, Andry mengingatkan agar peralihan ke media digital tetap mengedepankan etika dan standar jurnalistik. Menurutnya, banyak konten digital, terutama di media sosial, mengorbankan kualitas dan kedalaman informasi demi kecepatan dan daya tarik instan, seperti tren video pendek saat ini.
“Pindah ke platform online itu penting, tapi jangan sampai substansi informasinya tergerus. Konten harus tetap informatif dan mendidik,” tegasnya.
Selain itu, Andry juga menyoroti persoalan menurunnya tingkat literasi masyarakat Indonesia. Hal ini memperbesar potensi publik untuk terjebak dalam informasi yang dangkal, provokatif, dan minim verifikasi.
Ia menekankan bahwa pemerintah memiliki peran penting dalam menjawab tantangan ini, baik dari sisi hulu seperti peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui program literasi, maupun dari sisi hilir dengan memberikan dukungan dan insentif untuk media yang konsisten menyajikan jurnalisme berkualitas.
“Negara harus hadir. Pemerintah bisa mendorong peningkatan literasi di masyarakat, dan di sisi lain membantu media menjaga kualitas konten lewat berbagai insentif,” tandas Andry.