Jakarta – Wakil Menteri Pertanian Sudaryono menyampaikan bahwa Malaysia telah mengajukan permintaan untuk mengimpor beras dari Indonesia sebesar 2.000 ton per bulan melalui skema bisnis ke bisnis (B2B). Namun, hingga saat ini, belum ada kelanjutan konkret dari pihak Malaysia.
“Sekarang bola ada di tangan Malaysia. Dari sisi kami, Indonesia sudah menyatakan kesiapan. Presiden juga telah menginstruksikan agar Kementerian Pertanian segera merespons jika Malaysia menyatakan siap,” ujar Sudaryono usai mengikuti rapat koordinasi terbatas di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jumat (13/6).
Dilansir dari laman berita satu, rencana kerja sama ekspor ini sudah dibahas melalui sejumlah pertemuan antara kementerian pertanian kedua negara, termasuk dengan para pelaku usaha Malaysia yang berminat menjadi importir.
Jika kesepakatan tercapai, beras yang akan diekspor akan diambil dari cadangan milik Perum Bulog. Sudaryono memastikan bahwa volume ekspor sebesar 2.000 ton per bulan tidak akan mengganggu ketersediaan beras di dalam negeri.
“Ketersediaan stok dalam negeri sangat aman. Jumlah itu relatif kecil. Dalam sehari, Bulog bahkan bisa menyalurkan 12.000 hingga 20.000 ton. Jadi, ekspor 2.000 ton sebulan tidak akan berpengaruh,” tegasnya.
Menurut Sudaryono, permintaan dari Malaysia memang tergolong kecil jika dibandingkan dengan kebutuhan konsumsi beras nasional. Namun, wajar jika angka tersebut cukup berarti bagi Malaysia, mengingat jumlah penduduknya jauh lebih sedikit daripada Indonesia.
“Bagi mereka, 2.000 ton mungkin terasa besar. Tapi bagi kita, tidak terlalu signifikan,” ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Pertanian dan Ketahanan Pangan Malaysia, Datuk Seri Mohammad Bin Sabu, telah mengajukan kerja sama dengan Indonesia dalam bidang ketahanan pangan. Permintaan itu disampaikan saat bertemu dengan Menteri Pertanian RI, Andi Amran Sulaiman.
Selain pasokan beras, Malaysia juga meminta dukungan kerja sama di sektor teknologi pertanian. Menteri Amran menyambut baik tawaran tersebut dan menyatakan Indonesia terbuka untuk berbagi pengetahuan serta pengalaman, terutama dalam konteks kerja sama antarnegara ASEAN.
“Kerja sama ini bisa berupa pelatihan, riset bersama, hingga demonstrasi teknologi langsung di lapangan,” jelasnya.