Jakarta – Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) meluncurkan inisiatif baru bertajuk SMK Berdaya, yang menyasar 1.000 anak putus sekolah (APS) dari jenjang SMK. Program ini mengusung dua skema utama, yaitu Pendidikan Kecakapan Kerja (PKK) dan Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW), sebagai upaya memperluas akses pendidikan sekaligus menurunkan angka pengangguran.
Tujuan utamanya adalah memulihkan harapan serta membekali peserta dengan kompetensi yang dibutuhkan di dunia kerja maupun kewirausahaan. Dengan mengangkat slogan “Kembali Berdaya, Kembali Bermakna”, program ini dijalankan melalui kolaborasi antara Kemendikdasmen, pemerintah daerah, dan lembaga kursus serta pelatihan (LKP) di berbagai wilayah.
Pendidikan untuk Semua
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, menekankan bahwa pendidikan harus inklusif, termasuk bagi anak-anak yang terpaksa meninggalkan bangku sekolah.
“Saat ini, yang dibutuhkan bukan sekadar ijazah, melainkan keahlian nyata. Melalui program ini, anak putus sekolah tetap memiliki kesempatan untuk bersaing di dunia kerja atau menciptakan lapangan pekerjaan sendiri,” ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (30/6/2025).
Abdul Mu’ti menambahkan bahwa program ini sekaligus menjadi solusi untuk mengurangi pengangguran di kalangan lulusan SMK yang belum terserap di sektor formal.
Dukungan dari Legislatif
Wakil Ketua Komisi X DPR, Lalu Hadrian Irfani, turut menyambut positif langkah Kemendikdasmen ini. Menurutnya, pendidikan nonformal seperti PKK dan PKW perlu diselaraskan dengan kebutuhan industri agar hasilnya lebih efektif.
“Inisiatif ini tidak hanya mengatasi masalah pengangguran, tetapi juga berpotensi mendorong perekonomian lokal melalui kerja sama dengan dunia industri,” jelas Hadrian.
Ia juga menekankan pentingnya pendekatan link and match antara pendidikan dan dunia usaha agar lulusan benar-benar siap menghadapi tantangan di lapangan.
Program PKK dan PKW dirancang sebagai solusi pendidikan nonformal yang berfokus pada keterampilan praktis dan peningkatan daya saing ekonomi. Kemendikdasmen berharap gerakan ini mendapat dukungan luas sehingga dapat berkembang menjadi gerakan nasional yang membawa perubahan nyata.
“Ini adalah bukti komitmen kami terhadap pendidikan inklusif. Setiap anak berhak mendapatkan kesempatan kedua untuk bangkit dan berkontribusi,” tegas Abdul Mu’ti.
Dengan adanya program ini, diharapkan lebih banyak anak putus sekolah dapat meraih kemandirian, baik melalui pekerjaan maupun usaha mandiri.