Jakarta memasuki fase baru dalam pengelolaan sampah perkotaan melalui operasional RDF Plant Rorotan yang mulai menunjukkan dampak nyata. Sampah yang sebelumnya menjadi persoalan kota kini diolah menjadi bahan bakar alternatif bernilai ekonomi dan siap dimanfaatkan oleh sektor industri.
Fasilitas RDF Plant Rorotan di Jakarta Utara, yang merupakan pabrik pengolahan sampah terbesar di Indonesia, telah memproduksi Refuse Derived Fuel (RDF) sebagai sumber energi alternatif bagi industri semen.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Asep Kuswanto, menyebut keberadaan RDF Plant Rorotan sebagai langkah penting dalam transformasi pengelolaan sampah Jakarta menuju konsep energi baru terbarukan (EBT).
“Ini menjadi tonggak penting bagi Jakarta. RDF Plant Rorotan membuktikan bahwa sampah kota dapat diubah menjadi energi alternatif yang memiliki nilai guna dan berkelanjutan,” ujar Asep dikutip dari laman berita jakarta, Rabu (17/12).
Sebelumnya, Unit Pengelola Sampah Terpadu (UPST) Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta bersama PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk telah menandatangani Perjanjian Jual Beli (PJB) produk RDF. Penandatanganan tersebut berlangsung bersamaan dengan peluncuran armada truk compactor tertutup yang akan mengangkut sampah menuju RDF Plant Rorotan, Selasa (16/12).

Kerja sama ini menandai dimulainya pemanfaatan RDF hasil pengolahan sampah Jakarta oleh sektor industri secara berkelanjutan. Berdasarkan perjanjian tersebut, Indocement akan menyerap produk RDF dengan skema harga berbasis kualitas, berkisar antara USD 24 hingga USD 44 per ton, dengan masa kontrak lima tahun dan opsi perpanjangan.
Asep menjelaskan, keberadaan offtaker memberikan kepastian pasar bagi produk RDF yang dihasilkan, sehingga sistem pengolahan sampah dapat berjalan secara konsisten dan berkesinambungan.
“Dengan adanya mitra industri, RDF yang diproduksi tidak berhenti sebagai konsep, tetapi benar-benar masuk dalam rantai pasok energi terbarukan,” ujarnya.
Ia menambahkan, RDF Plant Rorotan telah melalui proses uji coba dan penyempurnaan operasional secara bertahap dengan pendampingan tenaga ahli dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Pendampingan tersebut memastikan aspek teknis, keselamatan, serta lingkungan telah memenuhi standar yang ditetapkan.
“Kami menjalankan proses ini secara hati-hati. Setiap tahap dievaluasi agar operasionalnya benar-benar siap dan aman,” jelasnya.
Direktur Indocement, Oey Marcos, mengapresiasi kesiapan Jakarta dalam menjalankan sistem RDF, mulai dari fasilitas pengolahan hingga armada pengangkut sampah. Menurutnya, langkah tersebut mencerminkan komitmen kuat pemerintah daerah dalam pengelolaan sampah modern.
“Ini menunjukkan keseriusan yang nyata. RDF merupakan salah satu solusi paling efisien dalam mengatasi persoalan sampah, baik di Jakarta maupun secara nasional,” katanya.
Marcos juga menegaskan kesiapan Indocement sebagai offtaker dengan kapasitas penyerapan RDF hingga 1.700 ton per hari. Ia berharap program ini dapat berjalan optimal dan menjadi contoh bagi daerah lain di Indonesia.
“Kami ingin inisiatif ini berhasil dan memberikan manfaat nyata, sekaligus menjadi model pengelolaan sampah berkelanjutan di daerah lain,” pungkasnya.

