Jakarta – Peneliti post-doktoral dari Pusat Riset Biomedis BRIN, Feni Betriana, membahas inovasi teknologi robotik dalam perawatan geriatri di Jepang. Ia menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif untuk memahami bagaimana robot kesehatan membantu meningkatkan kualitas hidup para lansia.
“Robot digunakan sebagai teman interaktif bagi pasien, memungkinkan mereka untuk berkomunikasi dan merasa lebih terhubung,” ujar Feni dalam webinar bertajuk Geriatric Healthcare Updates pada Kamis (12/12).
Feni mengungkapkan bahwa peningkatan jumlah lansia di Jepang—usia 65 tahun ke atas—menyebabkan kurangnya tenaga perawatan. Menjawab tantangan ini, robot-robot kesehatan dirancang untuk mendukung tugas perawat, fisioterapis, serta tenaga kesehatan lainnya.
Robot “Pepper” sebagai Pendukung Perawatan Lansia
Salah satu teknologi yang diterapkan adalah robot humanoid “Pepper,” yang mampu berinteraksi dengan manusia melalui komunikasi verbal atau penggunaan layar sentuh. Selain di rumah sakit, robot ini juga digunakan di pusat perbelanjaan, sekolah, dan kantor. Selama pandemi COVID-19, “Pepper” bahkan bertugas sebagai duta Sekretariat Kabinet Jepang.
“Dalam penelitian, robot ini digunakan untuk bercakap-cakap dan memandu aktivitas fisik lansia, seperti olahraga sederhana yang diikuti dengan gerakan,” ujar Feni dikutip dari keterangan tertulis.

Namun, interaksi robot masih memerlukan dukungan teknis dari tenaga ahli, karena sifatnya belum sepenuhnya mandiri. “Meski robot memberikan banyak manfaat, ada tantangan terkait kenyamanan manusia dalam berinteraksi dengan robot yang menyerupai manusia,” tambahnya.
Selain itu, teknologi drone dengan pelacakan mata juga diperkenalkan untuk membantu lansia menikmati dunia luar secara virtual, terutama bagi mereka yang terbatas mobilitasnya.
“Penting bagi tenaga kesehatan untuk mendapatkan pendidikan dan pelatihan terkait robotik agar dapat mengintegrasikan teknologi ini ke dalam praktik kesehatan,” ujarnya
Ia juga mengajak semua pihak untuk mempertimbangkan apakah kurikulum pendidikan tenaga kesehatan saat ini sudah mencakup materi terkait teknologi robotik.
Populasi Lansia dan Inovasi Kesehatan di Indonesia
Kepala Organisasi Riset Kesehatan BRIN, Indi Dharmayanti, mencatat bahwa angka harapan hidup masyarakat Indonesia terus meningkat, mencapai rata-rata 73,93 tahun pada 2023. Namun, bertambahnya populasi lansia juga menambah tantangan dalam menjaga kualitas hidup mereka.
“Pendekatan preventif sangat penting untuk menekan beban penyakit kronis yang membutuhkan pengobatan jangka panjang dengan biaya tinggi. Teknologi inovatif diperlukan untuk mengatasi tantangan ini,” ungkap Indi.
Pendekatan berbasis nutrisi juga menjadi kunci untuk meningkatkan daya tahan tubuh lansia dan mempercepat proses pemulihan. Ia menambahkan bahwa integrasi teknologi di semua tingkat layanan kesehatan dapat meningkatkan efisiensi sekaligus mengurangi beban kerja tenaga kesehatan.
Kolaborasi untuk Sistem Kesehatan Lansia yang Inklusif
Indi menegaskan pentingnya kolaborasi antara peneliti, praktisi, dan pembuat kebijakan untuk menciptakan sistem kesehatan yang responsif terhadap kebutuhan lansia. Direktur Utama RS Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo, Ida Bagus Sila Wiweka, menambahkan bahwa ilmu kedokteran geriatri kini semakin berkembang untuk menjawab permasalahan seperti keterbatasan aktivitas, gizi, dan penyakit degeneratif.
“Forum ini penting untuk merumuskan strategi yang lebih baik dalam tata laksana kesehatan lansia,” ujar Ida Bagus.
Teknologi robotik dan inovasi lainnya diharapkan dapat menjadi solusi efektif untuk mendukung kesehatan lansia dan memberikan dampak positif pada kesejahteraan mereka di masa depan.