Tiga negara anggota Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT) menandai langkah besar dalam integrasi ekonomi kawasan dengan menandatangani Framework of Cooperation (FoC) di bidang Bea Cukai, Imigrasi, dan Karantina atau Customs, Immigration, and Quarantine (CIQ), pada Selasa (27/5) di Kuala Lumpur City Center (KLCC), Malaysia.
Penandatanganan ini dilakukan langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia, Airlangga Hartarto, Menteri Ekonomi Malaysia, Rafizi Ramli, dan Wakil Menteri Keuangan Thailand, Julapan Amornvivat. Kesepakatan ini mencerminkan komitmen bersama untuk menciptakan sistem perbatasan yang lebih lancar, efisien, dan saling terintegrasi di wilayah Asia Tenggara bagian selatan.
Kerja sama ini bertujuan mempercepat arus barang dan jasa, sekaligus mengukuhkan peran IMT-GT dalam rantai perdagangan global. Dalam kerangka kerja sama tersebut, ada lima poin penting yang akan dijalankan secara bertahap:
- Penyelarasan dokumen CIQ antarnegara agar proses administrasi lebih sederhana.
- Penyempurnaan sistem pelepasan barang untuk mempercepat distribusi.
- Peningkatan efisiensi rantai pasok guna memperlancar kegiatan logistik.
- Peningkatan mutu layanan di perbatasan bagi pengguna jasa.
- Harmonisasi standar karantina agar sesuai dengan aturan WTO dan SPS Agreement.
Implementasi awal kerja sama ini akan difokuskan pada sejumlah titik masuk dan keluar (entry/exit points) di wilayah Sumatera, sebagai bagian dari konektivitas utama dalam kawasan IMT-GT. Diharapkan, langkah ini bisa memperkuat arus perdagangan lintas batas dan meningkatkan keterhubungan ekonomi antarwilayah, sesuai dengan visi besar IMT-GT 2036.
Inisiatif ini juga selaras dengan rencana strategis ASEAN untuk meningkatkan konektivitas kawasan melalui ASEAN Connectivity Strategic Plan. Bila dijalankan secara efektif, kerja sama ini tak hanya akan menguntungkan ketiga negara anggota, tapi juga berkontribusi pada integrasi ekonomi Asia Tenggara secara keseluruhan.