Jakarta – Bank Indonesia (BI) akan memperluas kerja sama penggunaan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) lintas negara setelah resmi diterapkan di Jepang. Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengatakan bahwa perluasan kerja sama tersebut juga tengah disiapkan dengan Tiongkok, Korea Selatan, Arab Saudi, dan India. Langkah ini merupakan bagian dari strategi BI dalam memperkuat konektivitas sistem pembayaran regional sekaligus mempercepat transformasi digital ekonomi nasional.
“Kami terus memperluas penggunaan QRIS, termasuk kerja sama antarnegara. Setelah Jepang, kami sedang menjajaki implementasi dengan Tiongkok, Korea Selatan, Arab Saudi, dan India,” ujar Perry dalam rapat bersama Komisi XI DPR RI, Rabu (12/11).
Sebelum diterapkan di Jepang, layanan QRIS lintas negara sudah lebih dulu diimplementasikan di Malaysia, Thailand, dan Singapura. Melalui layanan ini, masyarakat Indonesia yang bepergian ke negara-negara tersebut dapat bertransaksi secara non-tunai hanya dengan memindai kode QR menggunakan ponsel.
Perry menjelaskan, ekspansi QRIS antarnegara juga menjadi bagian dari dukungan BI terhadap program Astacita, yang mendorong digitalisasi sistem pembayaran, termasuk transaksi keuangan di tingkat pemerintah daerah.
Kinerja sistem pembayaran berbasis QRIS juga menunjukkan hasil menggembirakan. Hingga September 2025, jumlah pengguna QRIS mencapai 58,02 juta, melampaui target 50 juta pengguna. Sementara itu, jumlah merchant tercatat 41,3 juta, lebih tinggi dari target 40 juta, dan volume transaksi telah mencapai 10,31 miliar, jauh di atas target 5,5 miliar transaksi.
“Seluruh instrumen kebijakan kami arahkan secara maksimal untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional, sambil tetap menjaga stabilitas makroekonomi. Upaya ini kami lakukan melalui kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran yang terintegrasi, serta koordinasi erat dengan pemerintah,” tutup Perry.

