29.7 C
Jakarta
Selasa, Juli 8, 2025
BerandaKATA BERITANASIONALIndonesia Krisis Dokter Onkologi, Kemenkes Percepat Program Fellowship

Indonesia Krisis Dokter Onkologi, Kemenkes Percepat Program Fellowship

Solo – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan bahwa Indonesia menghadapi tantangan serius dalam penanganan kanker akibat kurangnya dokter onkologi. Hal ini berdampak pada layanan kesehatan, khususnya bagi pasien kanker anak dan dewasa, yang belum optimal di berbagai wilayah.

“Persoalan terbesar dalam penanganan kanker di Indonesia adalah dokternya, kita tidak punya dokter onkologi yang cukup,” ungkap Budi Gunadi dikutip dalam keterangan tertulis, Sabtu (23/11)

Kekurangan ini tidak hanya memengaruhi layanan medis tetapi juga distribusi alat kesehatan ke rumah sakit daerah. Banyak alat canggih yang tidak dapat digunakan karena ketiadaan dokter spesialis yang kompeten untuk mengoperasikannya.

Untuk mengatasi permasalahan ini, Kementerian Kesehatan mengambil langkah strategis dengan mempercepat program fellowship, yang memungkinkan dokter spesialis penyakit dalam menjalani pelatihan tambahan untuk dapat melakukan kemoterapi.

Indonesia Krisis Dokter Onkologi, Kemenkes Percepat Program Fellowship
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat memberikan sambutan di Solo, Jawa Tengah. (katafoto/HO/Kemenkes)

“Kita ingin mempercepat program fellowship sehingga dokter spesialis penyakit dalam bisa menangani kemoterapi,” ujar Menkes.

Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah dokter yang mampu menangani kanker, sehingga pasien dapat menerima perawatan lebih cepat dan meningkatkan peluang keselamatan mereka.

Sebagai bagian dari solusi, pemerintah bekerja sama dengan Tiongkok, India, Jepang, dan Korea. Setiap tahun, 100 dokter Indonesia akan dikirim untuk mengikuti program fellowship di bidang seperti kardiologi intervensional dan onkologi, dengan durasi pelatihan antara 6 hingga 24 bulan.

“Kapasitas pendidikan di dalam negeri untuk program fellowship masih terbatas, sehingga kita mengirimkan dokter ke luar negeri untuk mendapatkan pelatihan yang memadai,” kata Menkes.

Menkes menegaskan bahwa dukungan kolegium sangat diperlukan untuk menyukseskan program ini. Tanpa kolaborasi dengan kolegium, upaya meningkatkan jumlah dokter spesialis berkualitas untuk kemoterapi dan intervensi medis akan sulit dicapai.

“Bagi sebagian kelompok, upaya ini mungkin tidak populer. Namun, kita harus ingat bahwa 234 ribu orang meninggal akibat kanker setiap tahunnya,” tutup Budi Gunadi Sadikin.

Dengan langkah ini, pemerintah berharap dapat mempercepat pemerataan dokter spesialis onkologi di seluruh Indonesia dan memberikan layanan kesehatan kanker yang lebih baik bagi masyarakat.

Baca Juga

Hemat Ratusan Juta Rupiah, Teknologi Face Recognition KAI Dukung SDGs

Jakarta - PT Kereta Api Indonesia (Persero) memperkuat komitmennya...

Ilham Habibie Peringatkan Bahaya Tsunami Impor terhadap Industri Nasional

Tangerang - Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Ilham...

BYD Seal 06 DM-i Wagon Resmi Dirilis, Mobil Keluarga dengan Jarak Tempuh 2.000 Km

Produsen otomotif asal Tiongkok, BYD, resmi meluncurkan Seal 06...

ODOL Tak Lagi Hanya Soal Sanksi, Kemenhub Ajak Sopir Susun Regulasi

Jakarta - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menegaskan komitmennya untuk menuntaskan...

PBB Jakarta Naik? Pramono Jelaskan Alasan di Balik Penyesuaian NJOP

Jakarta - Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, menanggapi keluhan...

Ikuti kami

- Notifikasi berita terupdate

Terkini

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini