Jakarta – Pemerintah terus menaruh perhatian serius terhadap transformasi energi dan pemanfaatan teknologi di sektor pertambangan. Salah satu teknologi yang kini banyak diadopsi adalah kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI), yang terbukti mampu meningkatkan efisiensi dan keselamatan operasional di berbagai sektor, termasuk pertambangan.
Sekretaris Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara (Sesditjen Minerba) Kementerian ESDM, Siti Sumilah Rita Susilawati, menyampaikan bahwa pemanfaatan teknologi sudah menjadi kebutuhan mendesak dalam berbagai bidang industri, termasuk pertambangan.
“Transformasi energi telah berlangsung sejak lama, dimulai dari penggunaan kayu bakar, kemudian batu bara, hingga kini menuju energi yang lebih modern dan berkelanjutan. Perubahan ini turut mendorong transformasi cara kerja di sektor pertambangan,” ujar Rita dalam Energi dan Mineral Festival 2025 dikutip dari laman berita satu pada Rabu (30/7)
Ia menambahkan, proses pertambangan yang dahulu dilakukan secara manual dan berisiko tinggi, kini perlahan beralih ke sistem berbasis teknologi. “Saat ini kita memasuki era industri 4.0, bahkan sudah menuju 5.0, di mana otomatisasi dan digitalisasi menjadi bagian dari operasional sehari-hari,” jelasnya.
Rita juga mengungkapkan bahwa saat ini terdapat sekitar 4.000 Izin Usaha Pertambangan (IUP) di Indonesia. Dari jumlah tersebut, hanya sekitar 10% yang dikategorikan sebagai perusahaan besar dengan dukungan modal dan teknologi yang kuat. Sementara sisanya merupakan perusahaan kecil dan menengah yang masih dalam tahap adaptasi teknologi.
Sejumlah perusahaan besar, lanjutnya, telah mengimplementasikan big data dan AI untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi pertambangan. Pemerintah pun terus mendorong agar lebih banyak perusahaan pertambangan di Tanah Air yang mengadopsi teknologi cerdas.
“Konsep smart mining bukan lagi tentang kerja keras, melainkan kerja cerdas. Meski belum sepenuhnya maju, kita terus bergerak menuju arah tersebut,” pungkas Rita.